StandUpComedy Final

“Standup?!” entah itu pertanyaan atau pernyataan yang aku katakana kepada temen sebangku, eh ga sebangku soalnya di sekolah bangkunya seperti bangku kuliahan jadi ga ada istilah sebangku atau semeja. Teman sebarisan bangku ku di kelas. “udah di catat namanya sama walikelas za” aku segera lari ke kelas, setiba sampai dikelas Nampak jelas jelas, besar besaran, dan terang terangan tertulis di papan tulis BASKET PUTRA GESIT BAGAS BIMA. TARIK TAMBANG PUTRA BIMA AFFAN EKA BLA BLA BLA……” Nah paling bawah pojokan kecil sendiri StandupComedy : Reza Azhari.

Oke fix, aku ikut standup di sekolah. Kalau di hitung waktu nya masih lama, jadi bisa persiapin bawa materi sendiri. Hari esok aku mulai menggali materi tapi engga dapat, sampai akhir nya aku lupa bahwa event itu mulai di adakan 2 minggu lagi. Pening melanda ubun ubun kepala harus menghafal materi yang belum ada.

Malam sekitar seminggu sebelum acara itu berlangsung kami (aku tedy) membuka acara seperti open mic di rumah diwa teman sekampungku, tapi kalo di pikir pikir aku dan diwa beda nama kampung. Pertama tedy memulai standup nya dengan bit yang lucu, kocak, dia memainkan ekspersi yang di dukung dengan keadaan mukanya yang emang cocok di buat jelek, karna emang udah jelek dari sananya. Nah selanjut nya aku, 1 bit ku lontarkan , dan hasil nya pecah. Penonton yang berkisar 4 orang itu tertawa, nice.(sosis)

Masalah nya bukan standup nya, tapi penonton nya, percuma aja aku buat materi yang rapih, kocak menurutku tapi penontonnya sendiri ga mengerti apa itu standupcomedy. Beberapa hari sebelum acara tersebut dilaksanakan aku blusukan ke jalan, numpang Tanya apa itu standupcomedy menurut presepsi mereka, banyak yang bilang standupcomedy itu seperti orang yang ngelucu di atas panggung, hamper benar ya. Kalau orang yang ngelawak di atas panggung aja, itu lebih mirip sama andekot. Nah standupcomedy itu orang yang berbicara di atas panggung, berbicara tentang apa yang diapikirkan, di bungkus dengan rapih, di sampaikan jelas, dan penonton tertawa, menurutku itu defenisi dari standupcomedy. Kalau slah maklum masih awam.

H-1. Anak jaman sekarang sering membuat hal seperti ini, menandakan hari esok hari yang H . entah Happy, atau Hate. Sebelum masuk ke H-1 kita callback. Imajinasikan pikiran mu, imajnasikan waktu seakan akan mutar mundur ke 2 minggu sebelum H-1. Udah? Baca dengan seksama curhatan seorang anak kepada ayah nya.

“Yah, …”

“apa?!”

“uhm..”

Yah begitula curhatan nya, ga ah becanda.. yang sebenarnya begini

“yah, aku ikut standupcomedy kaya yang di metro tv itu yah”

“ooh yang lawak lawak itu ya”

“iya iya” (untung tau, sempat engga tau musti scroll ke atas lihat apa itu standup menurut teori reza)

“di mana rupanya standup itu?”

“di sekolah yah. Tapikan…”(ini trik ku untuk memancing keingintahuan lawan bicara agar pembicaraan lebih menantang)

“kenapa? Ada uang pendaftarannya rupanya?”

“engga yah, jadikan abis event itu sekolah libur, datang ke sekolahnya lagi pas terima rapor. Nah event nya hari selasa trima rapor nya hari sabtu. Jadikan rabu-jumat ga sekolah, aku liburan ke medan yah yah”

“jadi apa hubungannya sama standup?”

“uang menang standup nya itu nanti buat ongkos sama jajan di medan”

Kenapa aku bilang seperti itu? Karna ayah ku ini pengen anak nya mandiri, makanya aku bilang seperti itu agar ayah ku ini berfikir ‘si reza ini bagus, dia jalan jalan dari usahanya sendiri’ jadi tidak ada alasan untuk menolak. Fix!

“yakin kau menang?”

“insyaallah yah. Kalau aku engga menang aku minjem uang ayah, ntar ku balikin” (maksa)

………………….

Setelah hari itu aku mulai menghafal materi.

Pagi sebelum acara itu dimulai sekitar pukul 05.00 …. Aku masih tidur. Pukul 05.30 …. Masih tidur juga, tapi udah garuk sana sini menandakan segera bangun. 06.00 .. kedipan pertama menghadap asbes. 06.05 .. mata melotot melihat jam dinding.

Setelah mandi kilat aku segera packing baju dan barang barang yang mau di bawa ke medan, oke sudah siap, mari gladi bersih standup di depan awan. Iya, aku omongi apa yang nanti ku omongi di panggung nanti memakai stopwatch”tit!” 13 menit 08 detik, terlalu lama. Waktu yang diberikan hanya 5 menit, pagi itu juga aku memilah milih apa yang tidak di bawakan, coret sana coret sini, materi jadi brantakan, jadi makin gugup. “tustt” setetes air turun dari langit membasahi kertas materiku yang sedari tadi ku coreti bagian yang tidak penting nya “tustt tustt tustt” . hari itu juga hujan turun membasahi kota sekitar pukul 06.40 .

Cek handphone, tidak ada notifikasi masuk, yaudah handphone nya ku buang, buang ke dalam tas, kan lagi hujan, ntar kalo dikantongi kena air demam pula. Sekitar pukul 07.30 aku pamit dari rumah dengan doa restu orang tua semoga apa yang di harapkan terkabulkan, pagi itu sangat gelap, hujan masih mengguyur kota siantar, mentari masih bersembunyi di balik tebalnya awan hitam. Aku menyebrangi jalan yang kosong, berdiri tepat di pinggir jalan, tangan kananku melambai ke depan untuk memberhentikan angkot. Aku menaiki angkot, perjalanan pendek menuju sekolah ku lalui dengan cepat karna jalanan kosong dan anak sekolah juga sudah tidak ramai pada waktu itu. Aku berhenti tepat di simpang sekolah, jalan sedikit lagi kedepan dan ketemu gerbang sekolah. Lapangan basket yang basah menyapa hadir ku disekolah. Aku ngelirik kekanan… ke kiri.. yang namanya manusia bisa di hitung pakai jari.

Akhir nya aku masuk ke dalam aula, mau nge cek . dan aku terkejut, bukan apa apa. Tapi aula itu kosong, pentas nya belum di rangkai, lampunya mati, banyak sarang laba laba, para jomblo kedinginan. Aneh! Langsung ku Tanya sama ob nya

“bang, ini kok belum ada di siap siapin”

Dan ob nya menjawab

“masih hujan dek”

Aku terdiam sejenak, Dalam hati ku “ini orang tingkat goblok nya S+ . Kan hujan nya di luar, ini di dalam aula, indoor!. Apa hubungannya hujan di luar?!” dan akhirnya aku memutuskan untuk manortor sambil moonwalk.

“PING!!!” Wih, tumben ada yang ng bm, “za, semangat yaa” walaupun cowo. Ku bales aja, iya datang ya nge ramein. Terus dia nge bales “iya aku datang, sekalian uang pulsa kemarin jangan lupa”

30 menit sebelum nampil aku berkumpul sama 3 teman aku yang akan berangkat ke medan bersamaku hari ini. Aku bilang sama gesit “sit, apapun yang terjadi, habis aku nampil kita langsung beli tiket bus trus langsung berangkat”si gesit ini orang yang menyemangati aku sejak aku pertama nulis materi. Aku bilang sama Dio “yo, tadi malam aku mimpi urutan nomor 3, terus aku juara, trus aku standup di toko roti ganda, gimana itu?” si dio ini manusia dengan tingkat kepintarannya menyerupai orang gila “santai aja, menang itu za” , terakhir aku ngomong sama dwiky “ky……… … . kau menginjak kaki ku, sakit” “eh sory za, gatau” nah kalau si dwiky ini tingkat ke gilaannya menyerupai orang gila.

“Mohon kepada para peserta mencabut nomor di meja juri sekarang” suara ketua osis dengan logat cina nya mengheningkan sekitar aula sekolah. Aku adalah orang pertama yang sampai ke meja juri, aku kira Cuma aku yang ikut tapi ada 16 dari 20 pserta yang ikut. Yang 4 lagi tidak tahu kenapa tidak ikut, padahal setiap kelas wajib mempunyai relawan yang ikut standup, salah satu dari ke 4 orang tersebut adalah tedy. Si kampret itu ga ikut karna alas an yang ga logis, sangkin ga logisnya aku ga tau apa alasan dia.

Dalam hati aku berdoa agar tidak mendapat nomor urut 1, 2, dan 10 ke atas. Amin. Aku mengambil kertas nya secara random. Kertas nya ku umpetin terus ku bawa pulang. Bukan. Kertasnya aku genggam terus ku buka dengan bismillah (udah bisa buat sinetron, nge gantiin ku pinangkau di pinangkabaw) “3”. Entah kebetulan atau apa aku nomor urut 3. Nomor urut pertama itu orang batak, wajah nya udah lucu, tapi materinya belum tahu, nomor urut 2 itu abang kelas, tahun lalu ngikutin standup dan pecah!, nomor urut 3 itu adil merata dan tidak korupsi. Nomor urut 3 itu saya, oke deg degan ini semakin deg degan (bahasa aneh).

Nomor urut pertama, bisa di bilang lucu karna logatnya, trus materinya juga kurang jelas, delivery nya kurang karna logatnya kurang bisa di mengerti, mungkin campuran batak jepang. Semi kompor gas lah.

Nomor urut ke dua, lucu, pecah, sama seperti tahun lalu, di dalam otak ini udah engga mentingin juara, tapi udah pengen beli tiket bus trus enjoy medan selama 3 hari.

“selanjutnya dari XI IPA 3, Reza Azhari” suara tepuk tangan membuat jantungku berdetak kencang. Aku jalan dari belakang menuju meja juri untuk mengambil mic, aku menyalam juri, lalu aku naik ke atas panggung. Ini pertama kalinya aku berdiri di sekian banyak nya orang untuk ditertawakan. Bit pertama success, bit ke 3 kurang jelas, penonton ga ketawa. Melihat punchline ga kena, aku makin gugup. Di bit ke 6 aku nge blank. Lompat ke bit 8 biar ga kelihatan ga nyambung, dan seterusnya mulus, ternyata kalau kita bisa mengusasai dirikita sendiri, kita bisa melakukan apa yang tak perna terpikirkan sebelumnya. Ketika temen mu bialng haus maka beri lah dia air. Berusaha untuk membuat orang lain menerima apa yang kamu sampaikan itu susah, berusaha mencoba memberi kan apa yang mereka inginkan itu lebih dari susah. Di awal awal aku bicara aku mulai mengerti, orang lebih mudah di nasehati dengan kata kata dan gaya bahasa kesehariannya. Nah aku berbicara seperti biasa aku ngomong. Ga perduli susunan kata nya ga pas, yang terpenting orang mudah menerima apa yang aku bilang. Di pertengahan materiku, temanku yang di depan member isyarat waktu habis. Nah aku bingun, padahal closing nya itu yang paling pecah, yaudah bodo amat , ini panggung ku, masalah waktu mah bodoamat. Aku ngelanjut lagi ngomong tentang dunia lain, terus mataku tertuju pada bangku sudut tempat berkumpulnya anggota osis dan kru, ketua osis membuat tangannya seakan akan memotong lehernya menandakan waktu ku sudah selesai. Sampai pada bit terakhir, dan wasalamualaikum sekolah.penonton bertepuk tangan, aku menuruni anak tangga yang berkisar 3 anak tangga, lalu aku memberikan mic kepada ketua osis seraya meminta maaf karna waktunya habis 10 menit ku makan. Lalu aku dan 3 orang temanku pergi meninggalkan sekolah.

To be continued

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PORTOFOLIO

Many Reason

Lypsinc